Tuesday, 26 April 2016

AHOK. TAI dan DEMOKRASI

AHOK. TAI dan DEMOKRASI

Demokrasi kita menempatkan Ahok sebagai gubernur menggantikan Jokowi yang terpilih menjadi Presiden, Ketika publik, melihat Ahok bicara Tai , Bangsat dll, publik dibuat kaget , sebagai pemimpin publik Ahok tidak memberikan contoh yang baik, namun bagi pendukungnya sikap Ahok adalah wajar, Santun itu tidak korupsi begitulah pembelaan kubu ahok.
Tai, Bangsat di depan publik dengan menggunakan frekuensi publik adalah buah reformasi 98 dan demokrasi yang kita nikmati, sehingga timbul pro kontra, bagi pendukung sikap ahok adalah keberanian ahok untuk bersikap menghadapi kondisi DKI yang sangat pelik, sedangkan bagi yang kontra sikap yang tidak  pantas bagi seorang pemimpin pada jabatan publik, bahkan di kalangan kontra ada langsung menyerang dengan sebutan Gubernur Kafir.
Kita harus fair menilai bahwa ketika ahok menggunakan frekuensi publik untuk mengumbar kata-katanya serta sikapnya, maka wajar jika ada perlawanan dengan menggunakan frekuensi publik.
Menjelang Pilkada DKI, Situasi semakin bertambah panas sehubungan kasus Rumah Sakit Sumber Waras dan Proyek Reklamasi ,situasi ini akan semakin mengkristal menjelang hari pencalonan dan pemilihan, situasi yang sangat dinamis ini tentunya harus disikapi secara dewasa oleh publik, publik butuh pemimpin yang tidak tersangkut korupsi, bersikap tegas, tapi juga santun sesuai adat ketimuran, fenomena ahok adalah fenomena yang wajar dalam alam demokrasi, tidak harus di jegal biarkan ahok melenggang menuju pilgub, biarlah rakyat DKI Jakarta yang menentukan apak ahok layak memimpin jakarta lagi, atau cukup sampai disini.
Biarlah tai, bangsat, dan gubernur kafir berada di area publik kita karena kita sudah sepakat ini lah demokrasi yang kita sepakati, anggap hal itu biasa saja, dan hanya yang terpenting, sikap dewasa kita yang dituntut, keluwesan dalam memahaminya

No comments:

Post a Comment