Syafrie Sudah Lewat Masanya
Imam M Kamal *)
Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017, akan berlangsung pada 15 Februari 2017 sesuai
jadwal yang telah di Launching KPU Republik Indonesia, calon-calon sudah mulai
bermunculan diantaranya pertahana Basuki T Purnama (Ahok), Sandiaga Uno, Yusril
Ihza Mahendra, Nahrawi , M. Indrus, Adhyaksa Dault , Syafrie Samsuddin, bahkan
Ridwan Kamil dan Tri Rismaharini pun ikut dimunculkan, dll.
Jelang Pilgub DKI ada hal yang perlu
dicermati, sesuai UU Khusus DKI nomor 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia,
mensyaratkan pemenang pilgub harus 50 % +1, Dalam Pasal 10 “Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dipimpin oleh satunorang Gubernur dibantu oleh satu orang Wakil
Gubernuryang dipilih secara langsung melalui pemilihan umumKepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah, dan Pasal 11 (1) “Pasangan calon Gubernur dan Wakil
Gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluhpersen) ditetapkan
sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih” sedangkan UU nomor 8 Tahun 2015 Pasal
109 (1) “Pasangan Calon Gubernur dan Calon WakilGubernur yang memperoleh suara
terbanyak ditetapkan sebagai pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur
terpilih” . Pemenang pilkada adalah yang tertinggi, berapapun selisihnya,
sehingga perlu harmonisasi antara UU nomor 8 Tahun 2015 dengan UU Khusus DKI
nomor 29 Tahun 2007.
Kembali lagi pada persaingan DKI-1,
sebagai provinsi yang sangat strategis persaingan diprediksi akan sangat ketat,
dan muncul calon-calon yang potensial, menarik dicermati adalah santernya
partai Gerindra akan mencalonkan Syafrie Syamsudin, untuk melawan Ahok dalam
Pilkada DKI nanti, rencananya akan dideklarasikan setelah usai lebaran nanti.
Jika dicermati langkah Gerindra
mendorong Syafrie Syamsudin menjadi calon Gubernur DKI, adalah langkah yang
berani hal ini karena , pertama Syafrie Syamsudin sudah lama tenggelam dalam
dunia politik DKI, jika dulu waktu jadi Pangdam Jaya, Syafrie mencalonkan
Gubernur DKI, tentu cerita lain lagi, dimana ketika itu Dwi fungsi ABRI masih
kuat. , Kedua Upaya penggalangan dukungan buat syafrie masih ada waktu, namun peta
politik Jakarta yang dinamis harus disiasati oleh Tim Syafrie. Ketiga
Calon-calon dari Parpol lain, jika memasukan figur-figur populer yang kekinian,
misalnya Risma, Ganjar Pranowo, dll, harus disikapi secara serius, karena
persaingangan makin keras.
Namun demikian kehadiran syafrie
juga bisa menjadi testing of the water, apakah figur-figur TNI/Polri menjadi
calon kepala daerah masih laku di mata pemilih, atau figur-figur yang “populer”
dan bisa menyalurkan dana-dana segar pada saat pemilihan saja yang masih laku,
kita semua sangat prihatin Pilkada Serentak masih diwarnai politik uang, yang
tidak pernah bisa diungkap secara tuntas, padahal sejatinya Pilkada serentak
ini adalah upaya mencari pemimpin terbaik yang memiliki program jelas dan
terarah, semoga, di DKI kita bisa menghasilkan figur-figur yang lebih baik
lagi, bukan figur-figur yang manipulatif.
No comments:
Post a Comment