PILGUB TAK HARUS LANGSUNG OLEH
RAKYAT
Imam M Kamal *)
Beberapa minggu kemarin di media
cetak maupun online, ada berita ajuan anggaran pelaksanaan Pemilihan Gubernur Jawa
Barat Tahun 2018 senilai 3 Trilyun, angka tersebut merupakan ajuan KPU Jawa
Barat 1,8 Trilyun, Bawaslu Jabar hampir 1 Trilyun dan 200 milyar ajuan pihak
kemananan TNI-Polri.
Besarnya anggaran Pilgub secara
langsung akan mengambil pos-pos belanja dalam APBD Provinsi Jawa Barat, ini
sungguh sangat memberatkan. APBD Jawa Barat Tahun 2016 sekitar 29,4 Trilyun
sehingga jika dihitung 10 % APBD habis digunakan untuk Pilkada, dimana hasil
Pilkada langsung tidak akan berbeda jauh kualitasnya dengan Pilkada lewat DPRD.
Sebagai orang yang selalu prihatin
dengan buruknya infrastruktur pendidikan, dana 3 trilyun bisa membiayai 30.000
ruang kelas baru. Apalagi sesuai amanat UU 23 tentang Pemerintahan Daerah, SMA
menjadi tanggungjawab Pemerintahan Provinsi, ini tentu akan menambah beban
anggaran APBD tingkat provinsi.
Kita sering diadukan argumen bahwa
pemilihan lewat DPRD tidak demoratis, tidak melibatkan rakyat secara langsung,
namun pada dasarnya rakyat sudah diberikan pilihan langsung lewat pemilu,
sehingga wakil-wakil rakyatlah yang bertugas memilih gubernur dan wakil
gubernur. Ini tentu akan memotong lamanya pelaksanaan pilkada, dimana sering
agenda pembangunan terhambat karena semua terkonsentrasi pada pelaksanaan
Pilkada.
Kedua Penguatan peran gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat sebagai koordinator Pemerintahan di tingkat
Kabupaten/Kota sudah seharusnya memiliki kewenangan lebih besar sehingga bupati
dan walikota tunduk patuh, selama ini sering terjadi adanya pembangkangan dari
walikota dan bupati ketika bupati dan walikota berbeda partai dengan Gubernur.
Ketiga secara ekonomi pilkada
langsung ada putaran uang yang beredar, baik diantara tim sukses, maupun honor
penyelenggara, belanja barang dan jasa, hal ini secara ekonomi baik, namun jika
kita ingin menjadi bangsa yang maju, hal yang pertama harus dimajukan adalah
pendidikan, jangan terus terjebak oleh kata-kata demokrasi, pada akhirnya
bangsa kita berjuang terus demokrasi, bangga dengan julukan paling demokratis,
namun kebanggaan yang semu, karena sejatinya kebanggan itu adalah majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi, juga tingkat keimanan dan ketaqwaan, kadang pilkada
langsung meracuni masyarakat dengan praktek-praktek politik uang, yang ada tapi
tak dapat dibuktikan.
Akhirnya semoga kita terus dibukakan
mata, bahwa kita harus berani memajukan pendidikan bangsa ini, jangan terus
terjebak kata-kata demokratis, dimulai pertama Pilgub bisa lewat DPRD atau
Presiden menunjuk Gubernur. Sementara Cukup Pemilu, Pilpres dan Pilbup dan
Pilwalkot.
No comments:
Post a Comment