Harga Daging Sapi dan Sapi Impor
Awal
2013 kasus sapi begitu fenomenal pasca ditangkapnya OTT Ahmad Fathanah (AF)
yang menerima uang dari salah satu perusahaan Importir Daging Sapi PT. Indoguna
Utama, kasus tersebut kemudian merembet yang kemudian menyeret Luthfi Hasan
Ishak (LHI) Presiden PKS dalam kasus tersebut, banyak komunikasi-komunikasi
antara LHI dan AF yang menyeret mereka masuk dalam kasus kuota impor daging
sapi.
Waktu
sudah berlalu, para tersangka kasus suap Impor Daging sapi sudah mendapatkan
hukuman masing-masing, ada yang dihukum wajar ada yang dihukum sangat tidak
wajar, namun itulah hukum di negeri ini.
Sekarang
kondisi harga sapi, tetap tidak stabil harga daging sapi di pasar-pasar sekitar
harga Rp. 120.000 s.d Rp. 130.000 /kg. Harga yang relatif mahal bagi sebagian
kalangan namun bagi peternak-peternak lokal harga tersebut cukup menguntungkan.
Pemerintah
menghadapi idul fitri mendapat tekanan akibat harga daging sapi yang mahal,
sehingga upaya membuka kran impor diambil lagi sebagai kebijakan untuk menekan
harga daging sapi, masuknya daging sapi impor bisa masuk kedalam 2 kategori
1.
Daging
sapi yang masuk memiliki kualitas rendah sehingga pemerintah bisa mengeluarkan
harga sesuai keinginan presiden Jokowi Rp. 80.000/kg.
2.
Daging
sapi yang masuk memiliki kualitas baik, namun pemerintah memberikan subsidi
kepada importir, sehingga harga bisa sesuai keinginan Presiden Rp. 80.000/kg.
Jika
keduanya sama-sama terpenuhi maka kita sebagai konsumen dirugikan dengan
kualitas rendah, sedangkan importir tanpa susah payah sudah dapat untung dari
subsidi pemerintah, ketiga kebijakan impor yang ketika tahun 2013 mampu
menyeret petinggi partai, maka kebijakan impor saat ini siapa yang akan
terseret. Harga-harga naik menjelang idul fitri itu sifatnya biasa karena
banyak yang membutuhkan.
Namun
selama ini kebijakan pemerintah untuk swasembada sapi tidak jelas ujung
pangkalnya, karena Pemerintah lebih senang bergandengan dengan para importir,
sehingga dana-dana yang seharusnya bisa untuk swasembada sapi, lebih banyak
digunakan untuk memanjakan para importir.
Padahal
ladang-ladang yang bisa digunakan oleh pemerintah untuk pembibitan dan
penggemukan sapi masih sangat luas, pola-pola bantuan sapi pada peternak lokal
harus mulai ditinggalkan kenyataan di lapangan sapi-sapi itu hanya berpindah
tempat jika ada pengadaan sapi, hanya sedikit yang berkembang biak. Impor sapi
dari luar negeri seringkali tidak bisa dikembangkan ke arah pembibitan , namun
hanya untuk penggemukan, karena sapi-sapi impor banyak yang dikebiri.
Mungkin
pemerintah bisa membuat holding BUMN peternakan sapi, yang bisa dikembangkan
diberbagai daerah di seluruh indonesia. Jika ingin praktisnya memang berkongsi
dengan pengusaha importir lebih mudah , namun sebagai bangsa berdaulat
cara-cara tersebut bukanlah untuk membangun bangsa , namun hanya untuk menumpuk
pundi-pundi selama berkuasa. Semoga kedepan bangsa ini bisa berdaulat atas
kebutuhan pangan, padahal pangan akan menjadi masalah pada masa –masa yang akan
datang.
No comments:
Post a Comment