Negara Lagi Susah
Pilpres sudah dua tahun berlalu,
namun kondisi ekonomi Indonesia masih sulit. Isu terbaru adalah kelangkaan gas
3 kg dan naiknya harga rokok perbungkus Rp. 50.000, isu kenaikan harga rokok
sontak mengundang berbagai kontroversi terutama bagi pecinta rokok. Kenaikan
harga rokok disinyalir, upaya pemerintah menaikan pendapatan cukai rokok,
sedangkan gas adalah pengurangan subsidi gas, supaya beralih ke 12 Kg. Kondisi
ini dipicu APBN yang mengalami defisit menurut Menteri Keuangan baru, Sri
Mulyani Indrawati telah mengumumkan pemerintah akan memangkas belanja oleh Rp
133,8 triliun. Kebijakan pemangkasan ini adalah untuk memastikan defisit
anggaran tidak melanggar batas hukum 3 persen dari PDB. Sebelumnya dalam APBN
perubahan 2016 pemerintah telah memangkas target APBN 2016 yang dirancang pada
2015 lalu. Pada APBN 2016 pendapatan
negara ditargetkan Rp. 1.822 triliun, direvisi menjadi Rp. 1.786 triliun atau telah dikurangi Rp. 36
Triliun. Sementara target pengeluaran dalam APBNP 2016 Rp. 2.082 triliun.
Presiden sebagai Pemimpin tertinggi
negara, seperti kehilangan konsentrasi realisasi pendapatan jauh dari target,
kebijakan tax amnesty data terbaru baru 0,52 % dari target yang ditetapkan. Situasi
sulit ini tentunya harus dipikirkan jalan keluar terbaik, solusi menambah utang
adalah solusi yang keliru, Pemerintah seharusnya bisa mencermati kembali,
kekayaan alam yang ada di Indonesia, yang harusnya menjadi sarana kemakmuran
rakyat. Banyak SDA yang selama ini salah kelola, sudah saatnya diperbaiki
dengan kebijakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Model sistem investasi dari luar
negeri yang juga mengikutsertakan tenaga kerja asing, sangat merusak
pertumbuhan ekonomi bangsa, sehingga model-model investasi luar negeri tersebut
harus dihentikan.
Negara lagi susah, Negara ini milik
kita bersama, jangan biarkan tangan–tangan yang akan menghancurkan negeri ini
terus menipu kita, kita harus berani mengatakan jika hampir dua tahun ini,
sudah banyak waktu yang terbuang untuk sesuatu yang tidak jelas indikator
keberhasilannya. Semoga kita tetap waras dalam mencintai negeri ini.
No comments:
Post a Comment